Romansa Sopir Truk

Cita-citaku bien meh dadi penari mas, meh mlebu SMKI tapi nasib berkata lain, saiki dadi sopir truk

Kata-kata di atas adalah penggalan dari sebuah cerita teman saya ketika kami ngbrol ngalor ngidul tentang pekerjaan. Sebut saja Osa, dia lulus STM tahun ini, lulus pada tahun corona. Umur masih muda, namun pengalaman menjadi sopir truk dump tidak dipertanyakan lagi, dia mempunyai jam terbang yang tinggi. Mungkin ada pertanyaan, kok bisa mempunyai jam terbang tinggi, padahal dia masih sekolah? Jadi begini, Osa sehabis sekolah kegiatan di isi dengan menjadi sopir truk. Dia menjadi sopir bermuatan pasir merapi. Ketika pulang sekolah, dia langsung berangkat ke tempat depo penyedia pasir merapi di daerah Deles, Klaten, Manisrenggo, Klaten, bisa sampai daerah Dukun, Magelang. Ketika sampai lokasi, dia gunakan untuk istirahat, Malam pulang ke Wonogiri, Pagi dia lanjut sekolah. Begitu keseharian setiap hari yang dilaluinya.

Banyak komentar miring, terkait profesinya. Ada yang menganggap bahwa sopir truk itu mempunyai uang banyak, tapi mereka tidak tahu apa resiko apa yang sering dihadapi menjadi sopir truk dump. Menjadi sopir itu mempunyai banyak resiko dan tantangan. Osa bercerita bahwa banyak rintangan yang harus dihadapi menjadi sopir truk. Tantangan pertama, adalah pungli sering dia temui di jalanan. Setiap Pungli, dia harus menyetor kurang lebih Rp. 50.000,00 dan biasanya yang melakukan pungli adalah aparat. Risiko lain adalah kerusakan mesin, pecah ban, putus AS truk, dan Mesin pecah. Dia bercerita ketika mesin pecah, karena overhead, disebabkan kebocoran radiator, biaya ganti mesin mencapai 16 juta. Itupun masih biaya lain seperti servis, ganti filter, ganti oli, pajak, uji kir, dll. Banyak biaya yang harus dikeluarkan. Termasuk juga biaya solar, harus merogoh kocek sekitar 250 ribu sekali PP. kenangan terburuk adalah lakalantas pernah dialami. Dia bersyukur, pada waktu dia hanya sebagai kernet, bukan sopir. Awal ceritanya, ban truk pecah, dan harus mengganti. Pada waktu, itu pagi, banyak anak sekolah berangkat sekolah. Nah, naasnya ada motor anak sekolah, nyudul bak truk, dan mengalami cidera parah. Kejadian, tersebut menjadikan dia berurusan dengan pihak berwajib.

Menjadi sopir truk, setidaknya dia bisa membantu perekonomian orang tua. Tanpa harus pergi merantau, dia bisa menghasilkan uang sendiri. Walaupun, pendapatnya tidak menentu, setidaknya bisa cukup untuk hidup. Pendapat kotor menjadi sopir truk dump pasir merapi dia dapat sekitar 250 ribu sekali narik. Banyak orang menilai itu banyak, namun terkadang orang tidak melihat di realita dibelakang menjadi sopir truk dan risikonya. Penulis sendiri, melihat bahwa ada peluang usaha yang masih hidup di tengah pandemi Covid ini. Banyak orang terkena PHK, gulung tikar, namun ada berbagai sektor tetap hidup dan berjalan secara normal. Pada saat ini memang depo Pasir merapi dan kegiatan memang lagi tutup selama 10 hari, karena menyambut lebaran, dan akan buka minggu depan.  Oya, untuk harga pasir merapi satu truk dump, sekitar 1,7 juta sampai 1,9 juta. Itu bisa di antar sampai rumah, di daerah Baturetno dan sekitarnya. Demikian tulisan ngomyang saya hari ini, tentang romansa menjadi sopir truk. Semoga tetap sehat dan sukses selalu.


Comments