Pengalaman menonton Sepak Bola


Sepak bola selalu memiliki daya tarik tersendiri, bukan hanya sebagai olahraga, tetapi juga sebagai pengalaman emosional yang melibatkan ribuan pendukung. Salah satu pengalaman saya yang paling berkesan adalah ketika menonton pertandingan Persis Solo melawan PSPS Pekanbaru di Stadion Manahan, Solo, dalam laga penentuan menuju babak 8 besar Liga 2 Gojek Traveloka.
Pengalaman ini dimulai dari obrolan santai dengan teman saya, Imam, mengenai klub sepak bola di Indonesia. Percakapan kami mengarah ke Persis Solo, klub kebanggaan masyarakat Surakarta. Kebetulan, minggu itu Persis Solo akan bertanding melawan PSPS Pekanbaru. Tanpa berpikir panjang, kami sepakat untuk menonton langsung pertandingan tersebut.
Meski sering menonton pertandingan Persis Solo, kami hanya menganggap diri sebagai Pasoepati independen karena tidak tergabung dalam korwil mana pun. Berangkat dari Baturetno pukul 10 pagi, kami menempuh perjalanan dua jam hingga tiba di Stadion Manahan. Kami sengaja berangkat lebih awal meski pertandingan baru dimulai pukul 3 sore, karena laga ini diprediksi menarik banyak pendukung.
Tiba di stadion, prediksi kami terbukti benar. Antrian panjang terlihat di loket tiket. Kami memutuskan membeli tiket VIP seharga Rp75.000 dan harus menunggu hampir satu jam untuk mendapatkannya. Sebenarnya, kami bisa saja membeli tiket dari calo yang berkeliaran, tetapi harganya lebih mahal.
Setelah mendapatkan tiket, kami masuk ke stadion 45 menit sebelum pertandingan dimulai. Atmosfer di dalam stadion sungguh luar biasa. Lagu kebanggaan "Satu Jiwa" dinyanyikan dengan lantang oleh seluruh suporter, menciptakan suasana yang menggema.
Pertandingan dimulai dengan tensi tinggi. Persis Solo sangat membutuhkan kemenangan untuk memastikan tiket ke babak 8 besar. Nyanyian dukungan terus berkumandang, dipimpin oleh capo atau dirigen di masing-masing tribun.
Di penghujung babak pertama, Persis Solo mendapatkan penalti setelah salah satu pemainnya dilanggar di kotak penalti. Tri Handoko, penendang penalti, berhasil mencetak gol, disambut sorak sorai dari seluruh stadion. Babak pertama pun ditutup dengan skor 1-0 untuk keunggulan Persis Solo.
Selama jeda 15 menit, suasana stadion menjadi lebih santai. Banyak penonton yang memanfaatkan waktu untuk membeli makanan, merokok, atau mengupdate pertandingan di media sosial.
Babak kedua dimulai dengan semangat baru. PSPS Pekanbaru beberapa kali hampir mencetak gol, membuat suasana semakin tegang. Namun, perhatian suporter juga tertuju pada koreografi indah yang disiapkan untuk momen ini. Koreografi tersebut menjadi salah satu atraksi yang ditunggu-tunggu.
Pertandingan berakhir dengan kemenangan Persis Solo. Euforia kemenangan terasa sangat kuat. Lagu "Satu Jiwa" kembali dinyanyikan, kali ini dengan emosi yang lebih dalam. Semua penonton, baik yang bergaya casual maupun ultras Pasoepati, bersatu dalam nyanyian tersebut. Saya sendiri merasa haru dan hampir meneteskan air mata.
Ada satu momen menarik yang saya perhatikan, yaitu ketika beberapa suporter PSPS Pekanbaru datang langsung untuk mendukung tim mereka. Ketika pemain PSPS dan suporter menyanyikan lagu anthem mereka, seluruh stadion hening, memberikan penghormatan. Bahkan, pemain PSPS, Djumafo Efendy, memberikan jersey-nya kepada salah satu suporter Persis Solo, yang disambut tepuk tangan meriah dari penonton.
Bagi saya, pengalaman ini sangat berkesan. Sepak bola bukan hanya tentang permainan indah, tetapi juga soal semangat, persaudaraan, dan kemenangan yang menjadi harga mati. Gol yang tercipta adalah luapan kegembiraan yang tersimpan selama pertandingan. Melihat kebersamaan dan dukungan yang luar biasa, saya menyadari bahwa sepak bola memiliki kekuatan untuk menyatukan banyak orang dalam satu semangat.

Comments