Pada suatu sore menjelang malam, saya mengendarai
sepeda motor Honda Blade kesayangan—yang sering saya sebut odong-odong.
Saat melintasi pusat kota Sleman, saya mendapati suasana jalanan yang ramai
karena ada pameran potensi daerah di alun-alun. Keramaian ini penuh warna:
pedagang sempol, cilok, dan ronde sibuk menawarkan dagangan mereka; pengunjung
pameran berlalu-lalang menikmati suasana; tukang parkir sibuk mengatur
kendaraan; bahkan ada pedagang kopi keliling dengan gaya ala kafe. Semua elemen
ini berpadu menciptakan hiruk pikuk khas masyarakat yang saling berinteraksi.
Di tengah kemacetan, imajinasi saya melayang. Bukan
tentang hal aneh seperti alien yang tiba-tiba datang membeli sempol atau
bernyanyi dengan pengamen di perempatan Denggung yang kini sudah modern
menggunakan drum elektrik. Pikiran saya justru berputar pada pertanyaan
mendalam: Apa makna hidup kita sebagai manusia? Hiruk-pikuk manusia tadi
memantik bayangan-bayangan tentang bagaimana manusia memaknai hidup mereka di
tengah kompleksitas kehidupan.
Namun, lamunan saya harus segera terhenti. Saya
tersadar bahwa saya sedang berkendara dan tak boleh lalai. Beberapa menit
kemudian, saya tiba di rumah. Sampai di sana, pikiran yang tadinya ruwet
kembali teralihkan ketika mendapati jemuran pagi tadi belum diangkat oleh Idud,
yang seharusnya bertanggung jawab. Akhirnya, saya bereskan jemuran itu sebelum
mandi untuk menyegarkan diri.
Setelah mandi, saya melakukan ritual santai: buang
air besar sambil menikmati rokok kretek merek Tani Maju. Aroma khas kretek
mengiringi pikiran saya yang kembali memutar-mutar pertanyaan: Bagaimana
manusia menentukan makna hidupnya? Dalam suasana yang tenang itu, saya
teringat konsep-konsep manajemen seperti positioning, differentiation,
branding, segmentation, dan targeting. Jika konsep-konsep
ini digunakan oleh perusahaan untuk bertahan di pasar yang kompetitif,
bagaimana jika kita terapkan dalam kehidupan manusia untuk mencari makna hidup?
Positioning:
Menentukan Peran dalam Kehidupan
Dalam dunia bisnis, positioning adalah cara
perusahaan menempatkan produk atau mereknya di benak konsumen agar terlihat
unik dan berkesan. Ketika diterapkan pada manusia, positioning berarti
menentukan peran dan identitas diri dalam berbagai konteks sosial. Dengan kata
lain, manusia memilih bagaimana mereka ingin dipandang dan berinteraksi di
lingkungan tempat mereka berada.
Sebagai contoh, seorang pemuda yang sedang jatuh
cinta mungkin menunjukkan sikap yang dewasa, bijaksana, perhatian, dan peduli
saat bersama gadis yang ia taksir. Namun, ketika berada di lingkungan teman
sebaya, positioning-nya bisa berbeda—ia mungkin memilih bersikap santai,
mengikuti arus, atau bahkan sedikit urakan agar diterima oleh kelompoknya.
Dalam keluarga, positioning-nya juga berbeda lagi, misalnya menjadi anak
yang sopan dan bertanggung jawab.
Kerumunan di alun-alun Sleman adalah gambaran nyata
bagaimana setiap orang memosisikan diri mereka. Pedagang sempol memosisikan
diri sebagai penyedia jajanan praktis, pengunjung sebagai pencari hiburan, dan
tukang parkir sebagai pengatur kendaraan. Setiap individu memiliki peran yang
berbeda sesuai dengan kondisi sosial dan tujuan mereka.
Differentiation:
Keunikan Manusia sebagai Ciptaan
Dalam bisnis, differentiation adalah
strategi untuk membuat produk atau layanan terlihat unik dan sulit ditiru. Jika
diterapkan pada manusia, differentiation adalah tentang keunikan
individu yang membedakan satu orang dengan yang lain.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia memiliki
keunikan yang tak tergantikan. Kitab Kejadian 1:26-31 menyebutkan bahwa manusia
diciptakan menurut gambar Allah, diberi tanggung jawab moral dan spiritual
untuk mengelola bumi. Keunikan manusia mencakup kemampuan berpikir, akal budi,
kebebasan, serta nilai moral yang berbeda-beda pada setiap individu.
Dalam kehidupan sehari-hari, keunikan ini terlihat
dari berbagai aspek: minat, bakat, kepribadian, hingga nilai-nilai yang
dipegang. Misalnya, saya dan pasangan saya memiliki differentiation yang
jelas. Saya menyukai ilmu sosial, sementara dia lebih tertarik pada matematika.
Saya cenderung santai, bahkan sering terkesan leda-lede, sementara dia lebih
terorganisir dan fokus. Meski berbeda, keunikan kami justru saling melengkapi
dan memperkaya kehidupan bersama.
Namun, keunikan manusia bisa terancam ketika
seseorang berusaha menyamakan dirinya dengan orang lain demi penerimaan atau
kesuksesan. Ketika manusia kehilangan keunikan, mereka kehilangan identitas
sejati mereka, dan ini bisa berbahaya bagi perkembangan diri.
Segmentation
dan Targeting: Membangun Relasi Sosial
Dalam bisnis, segmentation adalah proses
membagi pasar ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan karakteristik tertentu,
sehingga perusahaan dapat menargetkan segmen pasar yang spesifik dengan lebih
efektif. Dalam kehidupan manusia, proses ini secara alami terjadi ketika kita
menjalin hubungan sosial.
Sebagai makhluk sosial (zoon politicon),
manusia memiliki kodrat untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi. Meski
seseorang introver sekalipun, mereka tetap membutuhkan orang lain untuk
bertahan hidup. Sepanjang hidup, manusia membangun relasi yang berbeda sesuai
dengan fase kehidupan mereka.
Misalnya, saat masa kanak-kanak, kita menjalin
hubungan dengan teman sekolah atau lingkungan tempat tinggal. Ketika remaja,
lingkup pertemanan kita bertambah luas. Namun, memasuki usia dewasa, relasi
kita kembali mengerucut pada kelompok yang memiliki visi, nilai, atau tujuan
yang sama. Inilah proses segmentasi sosial yang secara alami terjadi dalam
kehidupan manusia.
Kesimpulan
Manusia, seperti halnya perusahaan, hidup dalam
dunia yang penuh ketidakpastian dan kompetisi. Dalam mencari makna hidup, kita
secara sadar atau tidak sadar menerapkan prinsip-prinsip seperti positioning,
differentiation, dan segmentation.
- Positioning membantu manusia menentukan
peran dan identitas dalam berbagai konteks sosial.
- Differentiation
menegaskan keunikan individu yang membedakan satu sama lain.
- Segmentation memungkinkan manusia
membangun relasi yang relevan dengan nilai, tujuan, dan motivasi mereka.
Pada akhirnya, hidup adalah proses membangun
identitas diri yang otentik sekaligus menjalin hubungan yang bermakna dengan
sesama. Setiap orang memainkan peran yang berbeda dalam kehidupan ini,
memberikan warna dan makna pada perjalanan kita sebagai manusia. Jadi, mari
terus hidup, belajar, dan berusaha waras di tengah dinamika kehidupan yang
penuh tantangan ini.
Comments
Post a Comment