Mengapa harus Pabrik Semen bukan Pabrik Tiwul???

Bapak Bupati yang baik, bapak dulu pernah di nobatkan sebagai Bupati telo (singkong) oleh Meneg BUMN pada kepemimpinan bapak Dahlan Iskan. la mbok itu di tindak lanjuti to pak, biar tidak menjadi sebuah pencitraan. La usul saya pribadi ya pak, dari pada ngotot mendirikan pabrik semen yang tentu saja merusak lingkungan hidup, ( musim kemarau saja kekurangan air, la ada pabrik semen kita mau dapat air dari mana?), belum nanti polusi yang diciptakan dari pabrik tersebut, seperti polusi debu dan partikel asap yang tentu membahayakan warga sekitar, warga bapak sendiri, tentu saja kesejahteraan yang anda berikan habis buat berobat pak. Belum dampak social lainya yang nantinya memicu konflik antar masyarakat, lak bapak susah to nik wargane do gelut dewe. Wonogiri tidak jadi sukses lah pak. Mendingan potensi yang ada di daerah Giriwoyo itu dikembangkan pak. Usul saya tadi adalah pendirian pabrik tiwul. Kenapa tiwul? Pertama bapak tau mbok sembleng khan? pernah kesana belum? mbok sebleng dalam bahasa gaul nya kafe yang menyediakan tiwul, sambel bawang dan gorengan, itu laris pak, banyak orang mencarinya pak. Nah dari salah satu potensi tersebut bisa di jadikan pijakan dan penemuan yang bagus( kalau bapak benar pro rakyat lho), kedua potensi alam yang di sediakan alam Giriwoyo sangat mendukung untuk bahan baku( singkong), bahan baku itu dijamin tidak merusak lingkungan, ketiga kalaupun itu benar – benar jadi pabrik yang berhak mengolah adalah masyarakat, yang menjadi petani tetap menjadi petani, lha hasilnya khan bisa berguna buat pabrik tiwul pak, tanpa harus menghilngkan pekerjaan mereka. Bedanya dengan pabrik semen adalah yang mengolah adalah para pemilik modal, kalau berbicara tentang kesejahteraan itu lho pak. Kesejahteraan yang di dapat ya buat pemilik modal lah pak, warga ya tetap menjadi buruh pak, la coba nik wargane pensiuan jadi buruh semen mau kerja apa pak??tanah sudah tidak punya, la mau makan dari mana kalau tanah tidak punya, mau berocok tanam mengunakan apa? Apa mengunakan semen ya mustahil. Bedanya dengan pabrik tiwul, walaupun warganya udah pensiun jadi pekerja pabrik tiwul. Ya masih punya tanah untuk ditanami, masih bisa makan dari tanahnya sendiri. 

Rencana pembangunan pabrik semen tidak lepas dari pandangan pemerintah, yang merasa masyarakat Wonogiri, khususnya daerah Giriwoyo yang akan menjadi tempat pendirian pabrik semen jauh kata sejahtera dan makmur. Pertanyaan saya adalah ukuran sebuah sejahteraan dan makmur itu seperti apa? Apa yang kita pikirkan dan yang ada di benak pemerintah tentang kemakmuran? bisa beli Mobil, bisa beli sepeda montor, rumah dengan dipenuhi oleh perabotan yang modern, HP yang sesuai dengan perkembangan zaman, ataukah kemakmuran itu hanya sebuah ketentraman di dalam kehidupan kita. Alam yang indah, air yang tersedia, udara yang sejuk, masyarakat yang rukun, damai. Kesejahteraan di saat sekarang ini yang di pikirkan adalah kesejahteraan yang terbentuk karena faktor uang, dimana manusia di ciptakan untuk bisa membeli dan mengkonsumsi sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan (masyarakat hanya membeli barang konsumen bukan karena manfaatnya yang terkandung di di dalanya, tetapi dalam kerangka pemaknaan sosial bisa diartikan ya sebagai adu gengsi lah dalam masyarakat. Oleh sebab, itu seadainya pabrik semen itu berdiri, kemakmuran dan kesejahteraan yang  didapat oleh masyarakat tidak akan tercapai. Di zaman kapital ini pemilik modal lah yang akan menjadi kaya bukan kaum buruh yang akan menjadi kaya, kesejahteraan menurut pemerintah sekarang ini adalah sebuah mitos ya patut kita kritisi. 


7 Juli 2015 3;48 Am Claudius Hans Christian Salvatore


Comments

  1. Setuju banget, kemakmuran itu adanya ketentraman hati, bukan sekedar tercukupinya materi. Salam kenal broo

    ReplyDelete

Post a Comment