Bertahan Hidup di Desa


Banyak orang menganggap bahwa lapangan kerja di desa itu tidak dapat menghasilkan apa-apa. Bekerja di desa tidak akan menambah pengalaman, atau skill. Bayangan seperti ini juga menjadi bayang-bayang dalam diri saya. Dulu, saya bingung ketika harus kembali ke desa, dan harus mencari pekerjaan di tempat saya tinggal. Saya mau kerja apa? Lingkungan sekitar apa mendukung, terutama dalam hal diskusi. Itu semuanya menjadi bayangan ketakutan, untuk bisa kembali pulang ke rumah.  Namun, beberapa waktu yang lalu, saya menemukan sebuah secercah jawaban, bahwa hidup di desa bisa menghasilkan uang dan bisa buat bekal untuk bertahan hidup.

    Berawal dari obrolan dengan teman kecil saya, sebut saja namanya Gotenk. Dia mulai bercerita tentang bagaimana dia memilih menetap di desa, dan berkarya di desa.  Pengalaman menjadi orang perantauan yang sangat berat menjadikan dia memilih untuk kembali ke desa. Kehidupan di perantauan memang berat, dan sangat berbeda apa yang dibayangkan sebelumnya. Banyak orang mengira hidup di perantauan seperti di Jakarta, akan enak, mendapatkan gaji yang besar, ketika pulang ke desa akan mendapatkan stigma menjadi orang yang berhasil. Namun, kenyataannya sungguh di luar dugaan. Beberapa orang juga bercerita, bahwa untuk bekerja di Jakarta harus memiliki modal awal yang cukup besar. Modal digunakan untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, beli rokok (bagi perokok), bayar kontrakan, pulsa, dll. Terkadang modal awal mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka, harus berpuasa, makan sehari sekali, bahkan dua hari mereka tidak makan, agar tidak kehabisan modal. Hal yang paling mengerikan adalah, mereka terpaksa meminjam uang, dan tentu saja mereka harus memikirkan bagaimana mengembalikan uang tersebut. Mendapatkan pekerjaan yang layak di Jakarta juga tidaklah mudah, seperti menjadi tukang bangunan hanya mendapat upah sekitar Rp 50.000,00 sampai Rp 75.000,00 hasil tersebut tidaklah cukup bila dipakai hidup di Jakarta.

            Kerasnya hidup di Jakarta dan perantauan menjadikan beberapa orang untuk kembali ke desa, salah satunya adalah Gotenk. Pada awalnya dia bingung mau bekerja apa, atau usaha apa di desa. Segala cara dia coba, dari menjadi tukang tambal ban, membuka bengkel dan aksesoris motor pernah dia coba. Namun, itu semua belum berhasil, karena persaingan bisnis seperti itu di tempat kami tinggal sangatlah banyak. Proses untuk menuju seperti pada saat ini memang sangatlah panjang. Berawal dari hobi touring dan menyukai motor CB, dia memiliki banyak relasi. Kehidupan di dunia komunitas di CB yang dia temui di dunia maya, maupun di dunia nyata seperti pada saat touring dia menemukan inspirasi untuk membuka bengkel cat motor. Awalnya dia merasa bahwa tidak memiliki skill dalam hal cat mengecat. Oleh sebab itu dia belajar dengan berani menerima order dari penjual sepeda motor bekas, untuk merestorasi dan mengecat agar harga jualnya lebih tinggi. Awalnya dia rugi tenaga dan uang, karena bayaran untuk sekali cat full bodi, hanya di bayar sekitar Rp 400.000,00. Namun, itu tidak menjadi permasalahan, karena ini bagian dari proses belajar. Berkat kegigihannya, dia berhasil menemukan keahliannya. Ada yang paling aku suka dan ini sangat menyentuh hati saya ketika dia bercerita, mengapa dia sangat berniat menggeluti dalam dunia cat motor. Gotenk merasa bahwa, banyak orang bisa cat motor, banyak bengkel cat menjamur, dan skill mereka lebih ahli dari dirinya, Namun, dia merasa bahwa bengkel cat dengan harga murah dan kualitas bagus belum banyak.  Hal itu semakin membuat saya bertanya-tanya, “kamu enggak rugi? terus gimana realita yang terjadi di dunia cat motor”?? kalau ngomong rugi, iyo tidak, aku tidak mengambil untung banyak, kalau memikirkan untung banyak, akan mempengaruhi kualitas, karena pelangganku kebanyakan adalah orang-orang yang ekonomi menengah ke bawah, dan mereka kepengen modif motor yang seperti mereka lihat di media sosial. Banyak pelaku modif motor yang ditipu oleh bengkel nakal, sehingga mereka keluar uang banyak, namun hasilnya tidak sesuai yang diharapkan, dari situ Gotenk muncul kegelisahan dan akhirnya tertarik masuk dan mendalami dunia cat. Pada saat ini hasil karya gotenk mulai banyak dikenal orang. Promosi yang digunakan baru sebatas dari omongan ke omongan. Promosi dari omongan ke omongan adalah, pelanggan yang menggunakan jasa dari gotenk akan memberitahukan kepada temanya bahwa ada bengkel cat murah dengan kualitas bagus.

Namun hal yang terpenting dan bisa di ambil hikmah dari gotenk pada saat Pandemi ini, ketika teman-teman saya yang merantau di Jakarta banyak yang di rumahkan dan mereka harus kembali ke desa. Mereka kehilangan pekerjaan,  pada saat ini mereka pusing mau kerja apa, mau dapat uang dari mana? Namun sebaliknya, Usaha yang di rintis Gotenk tetap bertahan dan pada saat ini orderan terus masuk. Fenomena Gotenk, menandakan bahwa kita dapat bertahan hidup di desa, dengan usaha yang dibangun, tentu saja berkerja dengan hobi yang kita sukai akan semakin membuat semakin menarik untuk di dalami.

 

Bila tertarik dan mau mengecat motor, sepeda, helm bisa tanya-tanya di IG: @gotenk_paint, atau di no whatsapp 082220504200, atau bisa datang di bengkel gotenk di Jalan Solo -Pacitan, Watuagung, Rt 1, Rw 1, Baturetno, Wonogiri.


Berikut ini adalah proses produksi di dalam bengkel gotenk.


 

 

 


Comments