Menjadi Satu bersama Karya Didi Kempot

karya Hanz Sinelir

Senajan kowe ngilang, ra biso tak sawang
Nanging neng ati tansah kelingan

Lirik di atas adalah cuplikan lirik lagu Tatu, sepenggal lirik yang pada saat ini menggambarkan apa yang saya rasakan, tentang kepergian seorang maestro campursari yang bernama Didi Kempot. Entah kenapa, saya merasakan begitu kehilangan sosok idola, dan akhirnya saya paksakan untuk menulis kisah ini. Saya mencoba mengingat pengalaman saya, ketika saya bertemu dengan karya-karya Didi Kempot.

Perkenalan pertama kali dengan karya Didi Kempot ketika saya duduk di bangku Sekolah Dasar. Pada saat itu saya ingat betul, banyak tetangga saya yang membeli kaset CD yang bertemakan lagu-lagu campusari. Kala itu, memang banyak penyanyi campursari yang menjadi favorit masyarakat desa, seperti Waljinah, Manthos, Sony Joss, Cak Diqin, Didi Kempot dan banyak lagi. Dari banyak penyanyi campursari yang muncul pada waktu, saya pribadi sangat mengidolakan Didi Kempot. Sampai- sampai saya menabung dari uang jajan, untuk membeli kaset pita Didi Kempot original yang seharga 15 ribu. Mengapa saya nekat dan berkorban sampai seperti itu? Jawabannya cuma satu, saya bisa mendengar lagu-lagu Didi Kempot setiap saat, tanpa harus ke tempat tetangga untuk mendengarkannya. Saya ingat lagu-lagu yang di dengarkan pada waktu itu, seperti Kuncung, Sewu Kutho, Aku Dudu Rojo, Terminal Tirtonadi, Cucak Rowo, Aku Dudu Rojo, Tanjung Emas Ninggal Janji, Stasiun Balapan, Jambu Alas, Cidro Cintaku Sekonyong-konyong Koder, Nunut Ngiyup dan masih banyak lagi. Lagu-lagu Didi Kempot, juga menjadi teman hangat saat saya nongkrong bareng teman-teman kampung saya.

Pengalaman saya diatas akhirnya membawa sebuah tulisan yang ingin saya sampaikan terkait dengan karya-karya Didi Kempot. Banyak hal yang unik, yang saya rasakan terkait karyanya yang akhirnya saya coba tuangkan pada tulisan ini. Sebelumya, ini bukan tulisan akademis, hanya sebuah hasil dari sebuah pengalaman ketika saya bertemu dengan karya Didi Kempot.

Karya Yang cair

Banyak sekali lagu yang ciptakan oleh Didi Kempot, menurut pengakuan Didi Kempot sendiri, ada sekitar 800 lagu yang pernah diciptakannya. Jumlah yang tidak sedikit dan ini benar-benar sangat luar biasa, selama 30 Tahun beliau berkarya. Lirik dan lagu yang dibuatnya juga sangat mudah diterima masyarakat umum, sangat simpel dan liriknya merupakan gambaran realita sosial yang terjadi dalam masyarakat. Kalau menyinggung tentang video klip yang dibuat Didi Kempot juga simpel hanya ada pemeran wanita, Didi Kempot walaupun beberapa video klip juga ada pemeran pendukung.

Berbicara tentang karya Didi Kempot, karya beliau sangat cair, beberapa karya Didi Kempot juga mengalami perubahan lirik dan judul lagu, seperti lagu yang berjudul Angin Malioboro, judul awalannya adalah Angin Paramaribo. Lagu yang bercerita tentang sebuah kenangan seseorang terhadap pasangan yang berlatar belakang Kota Paramaribo (Ibu Kota Suriname).  Lagu tersebut diciptakan sekitar tahun 1996. Seiring waktu berjalan, lagu tersebut mengalami perubahan lirik dan judul menjadi Angin Malioboro, yang mengambil nama sebuah jalan terkenal di Kota Yogyakarta. Berikut ini adalah penggalan lirik lagu Angin Paramaribo dan Angin Malioboro

sepine ing wengi iki, aku dewe                                       sepine ini wengi iki, aku dewe           
atiku mung tansah eling karo kowe
                             atiku mung tansah eling karo kowe
angin
Paramaribo tansah ngelingake                         angin Malioboro tansah ngelingake
aku ora bakal lali karo kowe                                         
aku ora bakal lali karo kowe

Lagu yang mengalami perubahan lirik, juga terjadi pada lagu Dalan Anyar. Saya mendengarkan lagu tersebut pertama kali pada tahun 2010. Lagu mengisahkan tentang seseorang yang ditinggal pujaan hatinya dengan orang lain di sebuah jalan di barat Bandara Adi Sucipto, Jogja. (Neng kulon Bandara Adi Sucipto Jogja). Namun yang terjadi adalah, lagu tersebut booming ketika dicover oleh musisi dari dangdut jawa timur dan dinyanyikan dari panggung ke panggung. Yang terjadi adalah, lirik lagi tersebut diganti, sehingga Neng Kulon Bandara Adi Sucipto Jogja di ganti menjadi Nang kulon Terminal kertonegoro, Ngawi. Pengubahan lirik, tersebut tidak menjadikan Didi kempot marah atau membikin somasi kepada pengubah lagu, namun akhirnya yang terjadi Didi Kempot membuat video clip dalan anyar terbaru pada tahun 2018 dengan memakai Kulon Terminal Kertonegoro, Ngawi.

 

Kembang tebu sing kabur kanginan               Kembang tebu sing kabur kanginan              
Saksi bisu sing dadi kenangan                       
Saksi bisu sing dadi kenangan
Prasetyamu kui mung kiasan                         
Prasetyamu kui mung kiasan
Tresnamu saiki wis ilang                               
Tresnamu saiki wis ilang

Neng dalan anyar kowe karo sopo                 Neng dalan anyar kowe karo sopo
Aku ngerti dhewe neng ngarepe moto            
Aku ngerti dhewe neng ngarepe moto
Neng dalan anyar kowe karo sopo                
Neng dalan anyar kowe karo sopo
Neng kulon
Bandara Adi Sucipto Jogja         Neng kulon terminal kertonegoro, Ngawi

 

Pergantian Judul juga terjadi pada lagu Trima Ngalah yang saat ini terkenal dengan Suket teki. Pada tahun 2010 saya masih mendengarkan lagu galau tersebut dengan judul Trima Ngalah, dan sering dinyanyikan oleh Didi Kempot saat  mengadakan konser di Suriname. Namun, judul lagu tersebut tidak begitu dikenal bagi masyarakat Indonesia, karena yang dikenal adalah judul lagu suket teki. Lagu yang berisi tentang orang merasa sakit, karena merasa dikhianati atau dibohongi selama menjalin hubungan asmara, dan akhirnya menyerah karena tidak mampu menjalani hubungan tersebut. Mungkin ada pertanyaan, Mengapa lagu Trima Ngalah, akhirnya bisa berganti judul menjadi Suket Teki? Jawabanya akhirnya kembali siapa yang mempopulerkan lagu tersebut kepada masyarakat, tentu saja para penyanyi dangdut dan OM (Orkes Melayu) yang selalu mengcover lagu tersebut, entah dinyanyikan di panggung ke panggung, kemudian di upload di Youtube, atau di sebarkan lewat VCD Bajakan.

Berkaca dari beberapa lagu Didid Kempot, akhirnya saya mencoba melihat fenomena yang unik, yang terjadi di dunia perdangdutan terutama dangdut Koplo.  Dunia dangdut Koplo, memang tidak lepas dari VCD Bajakan, Cover lagu, sehingga yang terjadi penghargaan terhadap hak cipta menjadi abu-abu. Karya Didi Kempot banyak di cover, banyak dinyanyikan oleh penyanyi dangdut. Lagu dan penyanyi dangdut yang menyanyikan menjadi terkenal, namun orang tidak tahu bahwa yang menciptakan lagu tersebut adalah Didi Kempot. Itu seakan menjadi hal yang lumrah di dunia dangdut koplo. Banyak karya yang tidak tahu siapa penciptanya, yang terkenal adalah siapa yang mencover, siapa yang membawakanya.  Mungkin juga ada pertanyaan juga, apakah Didi Kempot, pernah melakukan cover lagu milik orang lain? Jawabannya iya, namun itu semuanya sudah seijin pemilik lagu tersebut. Didi kempot, mengubah beberapa lagu berbahasa Indonesia, menjadi lagu yang berbasa Jawa. Lagu Sewu Kuto, merupakan lagu milik Ari Wibowo, yang dibahasakan Jawa dan akhirnya lagu tersebut membawa namanya dikenal masyarakat luas.  Pada saat Peterpan naik daun dan lagu-lagunya banyak digemari masyarakat banyak, Didi Kempot hadir, dengan mengcover Ada apa denganmu dinyanyikan dengan bahasakan jawa dengan judul Ana Apa Awakmu.  Didi Kempot juga mencover beberapa lagu milik beberapa penyanyi dan band ternama, seperti lagu Pergi pagi pulang Pagi milik Armada dinyanyikan dengan bahasa jawa dengan judul Lungo esuk mulih esuk. Lagu Kangen band Tentang Aku, Kau dan Dia pernah dinyanyikan dalam versi Jawa oleh Didi Kempot. Lagu India yang berjudul Kuch Kuch Hota Ha, pernah di cover dan liriknya di ganti dalam bahasa jawa. Pada waktu dinyanyikan bersama Yan Vellia yang pada saat ini menjadi Istri Didi Kempot.

Karya merujuk nama Tempat dan Ambyar

Bila kita mencermati judul-judul lagu, banyak dari lagu Didi kempot, memakai nama daerah. Hal ini sangat menarik, karena memakai nama kota dan isinya sebuah kesedihan.  Isi yang dimunculkan dalam setiap lagu Didi Kempot, selalu berhubungan dengan hubungan seseorang dengan pasangannya, dan akan berakhir dengan patah hati. Lirik yang dimunculkan, adalah gambaran kehidupan percintaan setiap orang. Dalam lirik bercerita tentang sebuah kenangan pada tempat tersebut yang membekas yang akhirnya menjadikan seorang tersebut mengalami fase Kagol Asmoro. Lagu bahagia pun juga banyak diciptakan Didi kempot, Salah satunya kuncung. Lagu kuncung mengisahkan tentang kehidupan pada masa dulu, orang-orang belum mengenal modernitas di dalam kehidupan mereka sehari-hari. Namun, ketika dinyanyikan lagu tersebut terasa menggembirakan. Beberapa orang tua pernah bercerita, bahwa lagu kuncung berhasil membuat mereka mengingat kehidupan mereka di masa kecil. Ketika mereka mendengarkan lagu Kuncung, mereka seakan-akan dibawa kembali pada masa lalu mereka.

Berikut cuplikan lirik lagu kuncung, yang mengambarkan tentang kehidupan zaman dulu.

Cilikanku rambutku dicukur kuncung, katokku seko karung gandum, klambiku warisane mbah kakung, sarapanku sambel korek sego jagung. Kosokan watu nek kali nyemplung neng kedung. Jaman disek durung usum sabun (pabrik'e rung dibangun), andukku mung cukup anduk sarung, dolananku motor cilik soko lempung."

Didi Kempot mengorbitkan Seniman

Kita jangan di belakang terus, tapi kita juga harus di depan begitu pesan yang disampaikan Didi Kempot kepada pemain gendangnya yang bernama Dory. Didi Kempot tidak melihat Dory dari bentuk wajahnya yang tampan, karena dia mempunyai bakat dalam tarik suara, dan pantas untuk di orbitkan.  Oleh sebab itu, akhirnya Dory mendapatkan mandat untuk berduet dengan Didi Kempot di Lagu Kangen Nickerie. Lagu tersebut melambungkan namanya, sehingga banyak di kenal masyarakat. Didi Kempot juga mengajak Ayub, untuk berduet di panggung. Sebelumnya ayub adalah anak Papua, yang fasis menyanyikan lagu karya Didi Kempot di akun media Sosial dan akhirnya menjadi Viral. Ayub sendiri, adalah mahasiswa di salah satu Universitas Negeri di Yogyakarta. Latar Belakangnya dia adalah pemain sepak bola, dia sempat bermain untuk PSIM Yogyakarta, dan musim ini dia bermain untuk Martapura FC.  Di Beberapa Show entah di televisi atau di panggung ke panggung, dia selalu di ajak berkolaborasi. Saya pernah menonton Ayub dan Didi Kempot duet bareng menyanyikan lagu Pamer Bojo, di acara SMA De Britto Yogyakarta. Ayub, mempunyai suara yang khas dan tentu saja di setiap di panggung, dia selalu menunjukkan tarian Yospan dari tanah Papua.  Pada akhir-akhir ini juga, Didi Kempot mengorbitkan Arda. Dia merupakan anak Tuna Netra, yang mempunyai bakat musik. Pertemuan Arda dan Didi Kempot, bisa dikatakan tidak di sengaja. Pada waktu, Didi Kempot, di undang di acara syukuran sunatan di daerah Klaten. Arda menyumbangkan lagu di acara tersebut, dan menyanyikan lagu suket teki. Didi kempot tertarik dengan suara Arda, yang mempunyai ciri khas, di tengah keterbatasannya. Akhirnya, tidak berlangsung lama, Arda diajak rekaman, dan di percayakan membawakan lagu Tatu. Tanggapan masyarakat sangat antusias, ini bisa dilihat dari jumlah penonton di video klipnya sudah tebus sekitar 26 juta selama tiga bulan setelah video di upload. Nama Arda, juga melambung beberapa kali di undang acara televisi, salah satunya acara Hitam Putih di Trans 7. Keberhasilan Arda, juga membawa imbas, terhadap perekonomian keluarganya. Sebenarnya, Didi Kempot sudah lama, mengorbitkan orang lain. Dulu, kita pernah mendengarkan orang yang bernama Kuncung. Dia adalah sahabat Didi Kempot, saat dia masih menjadi pengamen jalanan. Kuncung selalu kemana-mana saat Didi Kempot manggung dan menjadi trendsetter pada waktu itu. Didi kempot juga membuat lagu buat dia, dengan judul sesuai namanya yaitu kuncung, dan pemeran video clipnya adalah kuncung itu sendiri. Namun, kuncung telah meninggalkan Didi kempot terlebih dahulu, dan kepergian Kuncung, menjadi kehilangan yang mendalam bagi Didi Kempot, karena dia kehilangan sosok sahabat yang selalu menemani dia dimana pun berada. 

Didi Kempot penyambung balung pisah di Suriname

Keberhasilan Didi Kempot tidak hanya di Indonesia saja, namun juga merambah di Negara Belanda dan Suriname. Banyak lagunya dinikmati di Negara tersebut. Beberapa bulan yang lalu, pada saat saya menonton di Channel Youtube Budi Sarwoto yang mendokumentasikan tentang kehidupan keturunan orang Jawa di Suriname. Ada hal yang menarik dari beberapa video yang di ambil Budi Sarwoto. Pada saat mewancarai dan berkenalan dengan orang keturunan Jawa di sana, Nama Didi Kempot selalu di sebut orang di sana. Momen tersebut terjadi ketika sang youtuber berkenalan bahwa dia dari Yogyakarta, Indonesia, dan jawabannya “Oh, tetangganya Didi Kempot ya, atau oh kenal Didi Kempot?” Nama Didi Kempot memang cukup melekat, bagi warga keturunan Jawa disana. Selama hidupnya hampir 14 kali dia mengadakan konser di sana. Konser terakhir di Suriname, Didi kempot mendapatkan penghargaan dari pemerintah Suriname, dan diberikan langsung oleh Presiden Suriname. Tanpa disadari karya-karya Didi kempot adalah bagian capaian untuk mengumpulkan balung pisah antar warga keturunan dan membangkitkan sebuah rasa imajinasi Jawa bagi para keturunan Jawa di Suriname.  Tentu penikmat Didi Kempot di Suriname adalah generasi ketiga atau lebih, yang kebanyakan belum pernah datang ke Jawa. Karya didi kempot, seakan-akan membawa mereka pada kedekatan dengan tanah air nenek moyang mereka. Tidak dipungkiri lagi karya Didi Kempot, menciptakan ruang bagi mereka warga semakin mengidentifikasi diri sebagai keturunan Jawa, di tengah krisis bahasa Jawa yang mulai ditinggalkan anak muda keturunan Jawa.

Romantisme Sakit Hati yang dirayakan

Lagu karya Didi kempot banyak menceritakan tentang patah hati, nelangsa dalam hal kasmaran. Namun, yang menarik adalah lagu-lagu tersebut banyak dibawakan di acara syukuran seperti pernikahan. Kalau berbicara tentang pernikahan, mesti suasana yang diciptakan adalah suasana yang meriah, bahagia dan romanstis. Hal ini akan terbalik bila kita menuju daerah di sekitar Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, terutama daerah pedesaan. Lagu yang sering dinyanyikan bergenre campusari, dangdut dan dangdut Koplo. Lagu-lagu Didi Kempot termasuk dalam list yang selalu dinyanyikan. Muncul pertanyaan, mengapa lagu dengan lirik perselingkuhan, sedih, patah hati dinyanyikan dengan penuh riang gembira dan dalam suasana bahagia? Para penonton, tamu undangan, pengantin, keluarga dan penyanyi menyanyikan tanpa ada beban bahwa lagu itu lagu sedih. Semua orang larut dalam kegembiraan dan berjoget bersama.  Saya akan mengambil contoh fenomena, saya pernah datang ke sebuah resepsi pernikahan, dan pada waktu itu yang punya hajatan, mengundang orgen tunggal. Lagu-lagu yang dibawakan, adalah lagu dangdut koplo, salah satunya adalah Pamer Bojo, Banyu Langit, Sayang. Lagu pamer bojo, liriknya bercerita tentang seseorang yang merasa dikhianati pasangan hidupnya, dan suasana yang diciptakan adalah suasana yang sedih, ngrantes. Hal itu berbeda apa yang terjadi dalam lirik lagu dengan suasana pada waktu itu dinyanyikan. Saya, akhirnya mempuyai kesimpulan bahwa lagu dangdut koplo, atau lagu-lagu yang diciptakan oleh Didi Kempot adalah bentuk dari sebuah romantisme sakit hati yang dirayakan, mengapa demikian? Orang-orang tidak akan peduli apa itu sakit hati, namun semua akan berbaur menjadi satu dalam sebuah kegembiraan. Orang akan merasa loss, bebas ketika mereka bisa berjoget dan menikmati alunan dangdut koplo. Permasalahan hidup yang menekan hidup mereka, untuk sementara waktu akan hilang, dan digantikan oleh kegembiraan lewat alunan musik dangdut koplo.

Tanpa disadari, karya-karya Didi Kempot telah menghidupi banyak orang. Mengapa begitu? Banyak orkes musik, orgen tunggal, grub campusari memakai karya didi kempot sebagai lahan untuk mendapatkan rejeki, dan Didi Kempot telah menyadari hal itu, oleh sebab itu beliau tidak mempersalahkan tentang permasalahan hak cipta.

Akhir kata, saya ingin mengucapkan terima kasih Pakdhe Didi kempot karyamu telah menghiasi bagian dari hidupku. Tenang di surga, karyamu akan tetap ku kenang.

 Salam setengah kopling, digendangi ambyar.

 

 

Comments

Post a Comment