Hidup itu bila dirasakan adalah sebuah pilihan, tanpa disadari, setiap langkah yang kita lalui adalah sebuah pilihan. Sebuah pilihan terkadang bukan murni dari sebuah apa keinginan kita, terkadang sebuah pilihan yang kita pilih adalah bagian dari sebuah pilihan dari ke/adaan sekitar kita. Apa itu salah, apa itu baik? Tentu jawabannya bisa salah, bisa benar, bisa baik ataupun tidak baik. Semua itu tergantung proses selanjutnya apakah kita nyaman dengan zona itu, apakah kita bertahan karena keadaan, yang nantinya membuat kita diam dalam sebuah tekanan. Tentu saja hidup dalam sebuah tekanan dan ketakutan akan membuat diri kita terperosok dalam sebuah lubang hitam, dan kita akan hidup dalam sebuah kegelapan.
Proses hidup itu memang kita tidak dapat memprediksi. Kita semua sudah berencana namun, alur jalan pun kita juga tidak tahu akan di bawa kemana. Pada saat ini aku mencoba merasakan arah mana jalan yang harus kulalui. Aku tidak tahu, aku aku harus kemana. Aku merindukan masa-masa dulu, yang mempunyai energi lebih ketika ada sesuatu hal yang ingin aku peroleh. Aku berusaha dengan berbagai cara, agar aku bisa meraih angan-angan tersebut. Tidak ada rasa takut, rasa semangat, tanpa pikir panjang, terpenting langsung Gas. Alhasil, hal yang kudambakan akhirnya berhasil ku raih. Namun yang terjadi pada saat ini, aku kehilangan semua itu. Dalam diriku aku masih bertanya kenapa aku kehilangan banyak energi, sehingga tidak ada angan-angan atau dalam bahasa jawa kekarepan lagi. Jujur pada saat ini hal energi yang penuh dalam diriku adalah sebuah ketakutan, dan sebuah pertanyaan, apakah aku mampu? Aku pada saat ini berada pada zona dimana, aku hanya mampu bertahan pada ruang gelap, dan takut untuk melangkah. Apalagi tuntutan pada saat ini, aku harus mempunyai pekerjaan, pendapatan yang cukup, kebutuhan semakin banyak yang harus dipenuhi. Banyak orang bertanya, kepada diriku, koe kie pengene apa? Tentu saja aku tidak bisa menjawab dengan mantab dalam kondisi pada saat ini. Aku sadar, bahwa aku harus bekerja, aku mendapatkan uang, bila tidak, serangan dan tekanan bertubi akan menyerang ku, bila di ibaratkan perang, aku seorang prajurit yang di berondong senapan serbu otomatis tanpa ada yang membentengi ku lagi.
Akhirnya sejarah akan berbicara dan orang lain akan mengarahkannya termasuk juga keadaan. Kita pengen apa? Kita mau apa? Tunggu dulu, biar waktu akan menjawabnya.
Hidup memang penuh pilihan yang berisiko, meski kadang risiko itu hanya ada di dalam kepala kita. Mungkin suatu saat nanti di masa depan, kita akan melihat ke belakang, sambil ngeteh, wedangan, thenguk-thenguk, dan membicarakannya dengan tertawa. Karena Tuhan memang suka becanda.
ReplyDelete